Jumat, 30 Mei 2014

MAKALAH: DIRASAH AL-QUR'AN (Hukum Nun Mati dan Tanwin)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tajwid secara bahasa adalah membaguskan, sedangkan menurut istilah adalah mengeluarkan setiap huruf  dari tempat keluarnya dengan memberikan hak dan mustahaknya. Yang dimaksud dengan hak huruf adalah sifat asli yang selalu bersamanya seperti sifat al-jahr, isti’la, istif’al, dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan mustahak huruf adalah sifat yang tampak sewaktu-waktu, seperti tafkhim, tarqiq, ikhfa, iqlab, dan sebagainya.
Para ulama telah menyusun ilmu tajwid, serta menyusun pokok-pokoknya dan menyimpulkan hukum-hukumnya dari tata cara membaca yang diwariskan oleh Nabi Muhammad saw, para sahabatnya dan para tabi’in. Tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah menjaga lisan dari kesalahan tatkala membaca al-Quran. Oleh karena itu, hukum dan aturan-aturan dalam membaca al-Quran adalah fardhu ‘ain bagi setiap mukallaf. Panduan ringkas hukum-hukum tajwid ini akan dimulai dengan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan para ulama tajwid yaitu hukum isti’azah dan basmalah.
Hukum membaca Alquran sesuai dengan kaidah ilmu tajwid adalah fardhu 'ain. Jadi, mungkin saja terjadi seorang Qori' bacaannya bagus dan benar, namun sama sekali ia tidak mengetahui istilah-istilah ilmu Tajwid semisal izh-har, mad dan lain sebagainya. Baginya hal itu sudah cukup bila kaum muslimin yang lain telah banyak yang mempelajari teori ilmu Tajwid, karena -sekali lagi- mempelajari teorinya hanya fardhu kifayah. Akan lain halnya dengan orang yang tidak mampu membaca Alquran sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu Tajwid. Menjadi wajib baginya untuk berusaha membaguskan bacaannya sehingga mencapai standar yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Ilmu Tajwid adalah ilmu yang sangat mulia. Hal ini karena keterkaitannya secara langsung dengan Alquran. Bahkan dalam dunia ilmu hadits, seorang alim tidak akan mengajarkan hadits kepada muridnya sehingga ia sudah menguasai ilmu Alquran. Tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah untuk menjaga lidah agar terhindar dari kesalahan dalam membaca Alquran.
BAB II
HUKUM NUN MATI DAN TANWIN
A.    Pengertian Nun Mati
Nun mati ialah huruf nn yang tidak berbaris seperti مِنِّ   dan عِنِّ tanwin ialah baris ganda baik atas seperti   ً  (fathatain), bawah seperti ٍ (kasrotain), dan dhommah  ٌ(dhommatain). Tanwin dipersamakan  hukumnya dengan nn mati karena kedua-duanya dalam pelafalannya terdengar bunyi yang sama.[1]
B.     Pembagian Nun Mati dan Tanwin
Dalam membaca Al-quran kita akan mendapatkan nn mati atau tanwin yang ada dalam setiap ayat. Pengucapan nn mati atau  tanwin ada yang harus jelas, ada yang harus samar, ada yang harus lebur sehingga nn mati atau tanwin tersebut tidak tampak, dan ada pula yang berubah menjadi mim. Secara umum, nn mati (نْ) dan tanw mempunyai empat hukum bacaan yaitu: izhr,adghm, iqlb, dan ikhf’. Namun secara lebih rinci, hukum bacaannya dibagi menjadi lima yakni: izhr halqi ,idghm bigunnah , idghm bila gunnh, iqlb, dan ikhfhaqiqi  Untuk itu mari kita bahas satu persatu hukum-hukum tersebut.[2]
  1. izhr halqi (ظهر حلقي)
Secara bahasa izhr artinya terang dan jelas dan halqi bearti tenggorokan. Sedangkan menurut ilmu tajwid adalah pembacaan nun mati atau tanwin sesuai dengan makhrojnya tanpa dighunnahkan (dengung) apabila bertemu dengan salah satu huruf halqiyah (tenggorokan). Huruf-hurufnya adalah: ء-ه-ح-خ-ع-غ  cara membacanya juga dengan terang dan jelas karena bertemu dengan huruf halqi, dan karena makhrojnya atau tempat keluar suaranya dari mulut, ada pada kerongkongan atau tenggorokan. Sebagai contoh bacaan dapat dilihat pada table berikut ini:

Nun mati
Tanwin
Izhar dalam dua kata
يَنْأَوْنَ
عَيْنٍءَانِيَةٍ
مَنْ ءَا مَنَ
يَنْهَوْنَ
فَرِيْقًاهَدَى
مِنْ هَادٍ
أَنْعَمْتَ
فِيْ جَنَّةٍعَالِيَةٍ
مِنْ عِلْمٍ
يَنْحِتُوْنَ
عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ
مِنْ حَسَنَةٍ
  1. idghom
secara bahasa idghom bearti memasukkan atau men-tasydid-kan, sedangkan menurut istilah idghom adalah membaca dua huruf jadi satu karena huruf yang pertama dimasukkan pada huruf yang kedua, sehingga seperti tasydid. Atau pengucapan dua huruf seperti dua huruf yang ditasydidkan. Idghom terbagi menjadi dua macam, yaitu idghom bigunnah dan idghom bila ghunnah.
a.          idghom bigunnah yaitu apabila adan nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu dari pada hurufnya yaitu : ى-ن-م-و  maka hukum bacaannya disebut idghom bigunnah cara membacanya harus dimasukkan atau ditasydidkan kedalam salah satu huruf yang empat itu dengan suara mendengung. Karena bighunnah  sendiri artinya dengan dengung. Idghom ighunnah juga dinamakan idghom naqish karena nun mati dan tawin lebur kedalam empat huruf idghom kecuali yang masih tetap adalah sifatnya yaitu dengung sepanjang dua harakat. Sebagai contoh dapat dilihat pada table berikut:
Huruf idghom bighunnah
tanwin
Nun mati
ي
خَيْرًايَرَهُ
أَنْ يَضْرِبَ
ن
يَوْمَئِذٍ نَّاعِمَةٌ
فَمَنْ نَّكَثَ
م
شُرُرٌمَّرْفُوْعَةٌ
مَنْ مَّشْهَدٍ
و
سِنَةٌ وَلَانَوْمٌ
مَنْ وَ لِيِّ
 Akan tetapi ketentuan hukum tersebut tidak berlaku apabia nun mati atau tanwin bertemu salah satu huruf yang empat tersebut dalam satu perkataan maka bukanlah bacaan idghom namanya dan tidak pula ditasydidkan akan tetapai harus dibaca terang dan jelas atau izhar disebut juga dengan izhar mutlaq(wajib). Misalnya:
b.         Idghom Bila Ghunnah yaitu apabila nun mati dan tanwin bertemu dengan salah satu huruf Idghom Bila Ghunnah yaitu: ر-ل dan cara membacanya dengan membaca dua huruf jadi satu yang kedua dengan tasydid dan tidak dibarengi dengung. Sebagai contoh :
Huruf idghom bighunnah
tanwin
Nun mati
ر
مَالًالُّبَدَا
مَنْ لَمْ
ل
غَفُوْرُرَّحِيْمٌ
مِنْرَّحِيْقٍ

  1. Iqlab
Iqlab, secara bahasa artinya merubah. Sedangkan menurut istilah adalah pengucapan nun mati atau tanwin yang bertemu dengan huruf ba' yang berubah menjadi mim dan disertai dengan ghunnah -sebagian Ulama' menambahkan ikhfa', yakni suara mim tidak terdengar sempurna karena dua bibir tidak merapat dengan sempurna). Seperti yang dikatakan lmam Al Jamzuri,
وَالَّثاِلثُ الإِقْلَابُ عِنْدَاْلَباءِ ◊ مِيمًا بِغُنَّةٍ مَعَ اْلإِخْفَاءِ
"Hukum yang ketiga (dari num mati dan tanwin) adalah Iqlab, yaitu apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan ba', maka berubah menjadi mim yang disertai ghunnah dan ikhfa." [4]
Bentuk bacaan iqlab yakni :
a.       Membalikan nun mati atau tanwin menjadi mim ketika huruf ba’ bertemu dengan mim mati dalam satu kata, contoh: أَنْبَتْهُمْ
b.      Menyamarkan bacaan mim pada huruf ba’ apabila dalam dua kata, contoh مِنْ بَعْدِ
c.       Membaca dengung disertai dengan menyamarkan (ikhfa’) apabila terdapat setelah tanwin dan mesti terjadi pada dua kata, contoh سَمِيْعً بَصِيْرَ[5]
Adapaun sebabnya ada istilah iqlab ini karena bacaan nun mati dan tanwin akan lebih mudah diucapkan dengan membalik huruf nun menjadi huruf mim dan menyamarkan huruf nun pada huruf ba’. Misalnya :
Nun mati
tanwin
تَنْبِيْهٌ
اِنَّ الله سَمِيْعً بَصِيْرَ

  1. Ikhfa’ Haqiqi
secara bahasa artinya menutupi. Sedangkan yang dimaksud di sini adalah pengucapan nun mati atau tanwin ketika bertemu dengan huruf-huruf Ikhfa' memiliki sifat antara Izhar dan idgham dengan disertai ghunnah. Huruf-hurufnya berjumlah 15: ص-ذ-ث-ك-ج-ش-ق-س-د-ط-ز-ف-ت-ض-ظ agar mudah menghafalnya dirangkai menjadi:

صِفْ ذَاثَنَاكَمْ جَادَشَخْصٍ قَدْ سَمَا ◊ دُمْ طَيِّنًا زِدْ فَى تُقًى ضَعْ ظَلِمًا[6]


                                Tingkatan Ikhfa’


الإخفاءاوسط
ا لإخفاءادنى
ا لإخفاءاعلى
Tengah-tengah
Paling rendah
Paling tinggi
عير ها
ك
ق
ط
د
ت
Ikhfa’ ghunnah sama sedang
Ikhfa’nya lebih pendek dari ghunnahnya
Ikhfa’nya lebih lama dari ghunnahnya

 Contoh ikhfa’ adalah :
-         مِنْ جُوْعٍ
-         يَنْطِقُ
-         أَنْدَادًا[7]
Di samping pembagian ikhfa’ diatas, terdapat pula ikhfa’ yang disebut dengan ikhfa’ jaded(baru), yaitu mengucapkan huruf dengan samar-samar atau suara lirih, hamper tidak terdengar, meskipun diucapkan dengan lisan. Huruf-huruf tersebut hanya terdiri dari 8 huruf diantaranya:
1.   Ra (ر)          contoh:  الفجر
2.   Dhal  (ض)   contoh:   بعض
3.   Lam  (ل)      contoh:  فضل
4.   Mim (م)        contoh:     الخصم
5.   Nun(ن)        contoh:    الد هن
6.   Wau(و)        contoh:    الطو
7.   Ha’(ه)          contoh:    وا ستغفره
8.   Ya(ي)          contoh:     السعي

C.    Cara Membaca Huruf Nun Dan Mim Bertasydid
Nun dan mim bertasydid wajib dibaca dengan ghunnah (dengung), baik dalam keadaan bersambunga maupun dalam keadaan berhenti (waqaf), dan bila terletak di tengah maupun di akhir kata. Ukuran panjang bunyi ghunnah tersebut adalah dua harakat. Adapun sebagian sebagian ulama Qiro'at menetapkannya dengan cara menutup jari atau membukanya dengan gerakan yang tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Imam Al Jamzuri mengatakan:
وَ غُنَّ مِيمًا نُونًا شُدِّدَا * وَسَمِّ كُلاَّ حَرْفَ غُنَّةٍ بَدَا
"Dan ghunnahkanlah setiap mim dan nun yang bertasydid. Dan sebutlah masing-masing sebagai huruf ghunnah."[8]
Contoh :  وَ أَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

D.    Uraian Tentang Ghunnah
Ghunnah menurut bahasa adalah bunyi yang keluar dari lubang hidung. Sedangkan menurut istilah tajwid, ghunnah adalah bunyi dengung yang melekat pada huruf nun dan mim yang terdengar secara indah.
Tempat keluar bunyi dengung adalah khaisyum yaitu lubang hidung yang bersambung dengan organ dalam langit-langit atas di dalam mulut. Panjang bunyi dengung tersebut ialah 2 harakat yang ukuran 1 harakat itu adalah selama membuka atau menutup jari tangan. Bunyi ghunnah juga terdapat pada huruf mim yang dibaca samar (mukhaffafah), yang dibaca idgham atau yang ber-tasydid, seperti halnya juga pada huruf nun yang dibaca samar.
Bobot dengung (ghunnah) terbagi menjadi 5 tingkatan:
1.      Bobot ghunnah secara penuh pada saat mim dan nun ber-tasydid.
2.      Bobot ghunnah menjadi lebih ringan pada saat mim dan nun dibaca idgham.
3.      Bobot ghunnah menjadi lebih ringan dari yang di atas pada saat mim dan nun dibaca ikhfa’.
4.      Bobot ghunnah menjadi lebih ringan lagi dari yang dua di atas  pada saat mim dan nun dibaca izhar.
5.      Bobot ghunnah menjadi lebih ringan dari yang tersebut di atas pada saat mim dan nun dibaca berbaris.[9]


























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Nun mati ialah huruf nn yang tidak berbaris seperti مِنِّ   dan عِنِّ tanwin ialah baris ganda baik atas seperti   ً  (fathatain), bawah seperti ٍ (kasrotain), dan dhommah  ٌ(dhommatain). Secara umum, nn mati (نْ) dan tanw mempunyai empat hukum bacaan yaitu: izhr,adghm, iqlb, dan ikhf’. Namun secara lebih rinci, hukum bacaannya dibagi menjadi lima yakni: izhr halqi ,idghm bigunnah , idghm bila gunnh, iqlb, dan ikhfhaqiqi.
Ghunnah menurut bahasa adalah bunyi yang keluar dari lubang hidung. Sedangkan menurut istilah tajwid, ghunnah adalah bunyi dengung yang melekat pada huruf nun dan mim yang terdengar secara indah. Nun dan mim bertasydid wajib dibaca dengan ghunnah (dengung), baik dalam keadaan bersambunga maupun dalam keadaan berhenti (waqaf), dan bila terletak di tengah maupun di akhir kata.
Tempat keluar bunyi dengung adalah khaisyum yaitu lubang hidung yang bersambung dengan organ dalam langit-langit atas di dalam mulut. Panjang bunyi dengung tersebut ialah 2 harakat yang ukuran 1 harakat itu adalah selama membuka atau menutup jari tangan.
  

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Abdul A.R. 2003. Pedoman Dauroh Al-Qur’an. Kenanga: Markaz Al-Qur’an.
Lembaga Bahasa Dan Budaya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram. 2013. Dirasah Al-Qur’an (Dasar-Dasar Pengajaran Tajwid Al-Qur’an). Mataram: Laboratorium Al-Qur’an.
Zarkasyi, Imam. 1995. Pelajaran Tajwid. Gontor Ponorogo: Trimurti Press.





[1] Lembaga Bahasa Dan Budaya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, Dirasah Al-Qur’an (Dasar-Dasar Pengajaran Tajwid Al-Qur’an), (Mataram: Laboratorium Al-Qur’an, 2013), hal. 35.
[2] Ibid. hal, 35-36
[3] Abdul Aziz Abdur Rauf, Al-Hafizh, LC, Pedoman Dauroh Al-Qur’an, (Kenanga: Markaz Al-Qur’an, 2003), hal. 65
[4] Ibid.
[5] Lembaga Bahasa Dan Budaya (IAIN) Mataram. Ibid. 41
[6] Abdul Aziz. Ibid. hal, 66
[7] KH. Imam Zarkasyi, Pelajaran Tajwid, (Gontor Ponorogo: Trimurti Press, 1995), hal. 4

[8] Abdul Aziz. Ibid. hal, 83.
[9] Lembaga Bahasa Dan Budaya (IAIN) Mataram. Ibid. 45-46.

NB: semoga bermamfaat :)